Pelajaran Ilmu Meraga Sukma
Khususnya mengenai Ilmu Meraga Sukma atau Ilmu Pelepasan itu juga termasuk ilmu ghaib,disebut ghaib karena tidak kasat mata alias dilihat dengan panca indra tubuh kasar, seakan-akan tidak masuk akal.Meraga Sukma adalah cara pelepasan sukma , dimana sukma keluar dari tubuhnya ( dari raganya ), sementara nyawanya masih berada didalam tubuhnya, bila nyawa ikut keluar, berarti ia mati beneran…!!!Tunggu dulu…Banyak orang, melalui berbagai referensi, menganggap nyawa sama dengan jiwa. Bahkan dipahami secara rancu dengan menyamakannya dengan roh atau sukma. Nyawa, jiwa, roh, sukma, diartikan sama. Tetapi manakala kita menyaksikan peristiwa meraga sukma, perjalanan astral, lantas timbul tanda tanya besar. Bukankah saat terjadi peristiwa kematian, sukma seseorang keluar dari jasadnya ?! Kenapa orang yang meraga sukma tidak mengalami kematian ?! Sejak lama saya bertanya-tanya dalam hati saya sendiri. Apa gerangan yang terjadi dan bagimana duduk persoalannya. Bagaimanakah sebenarnya rumus-rumus tuhan yang berlaku di
dalamnya? Butuh waktu untuk mempelajari ini hingga saya menemukan jawaban logis, paling tidak nalar saya bisa menerimanya. Nyawa ibarat “lem perekat” yang menghubungkan antara sukma dengan raga manusia. Pada peristiwa kematian seseorang, nyawa sebagai lem perekat tidak lagi berfungsi alias lenyap. Jika lem perekatnya sudah tak berfungsi lagi maka lepaslah sukma dari jasad. Lain halnya dengan meraga sukma, lem perekat masih berfungsi dengan baik, sehingga kemanapun sukma berkelana, jasadnya yang ditinggalkan tidak akan mati. Hanya saja lem perekat bernama nyawa ini sistem bekerjanya berbeda dengan lem perekat pada umunya yang benar-benar menyambung merekatkan antara dua benda padat. Nyawa merekatkan antara jasad dan sukma secara fleksibel, bagaikan dua peralatan yang dihubungkan oleh teknologi nir kabel. Namun demikian nyawa tentu saja jauh lebih canggih ketimbang teknologi bluetooth yang bisa menghubungkan dua peralatan dalam jarak dekat maupun jauh. Dalam khasanah spiritual Jawa, para leluhur di zaman dulu menemukan adanya keterkaitan masing-masing unsur gaib dan wadag manusia. Raga supaya hidup harus dihidupkan oleh sukma, sukma diikat oleh rasa. Ikatan rasa akan pudar dan lama-kelamaan akan habis apabila rasa tidak kuat lagi menahan penderitaan dan trauma yang dialami oleh raga. Bila seseorang tak kuat lagi menahan rasa sakit, kesadaran jasadnya akan hilang atau mengalami pingsan, dan bahkan kesadaran jasadnya akan sirna samasekali alias mengalami kematian. Di sini peristiwa kematian adalah padamnya “alat nirkabel” atau semacam “bluetooth” bikinan tuhan sehingga terputuslah hubungan antara jasad dan sukma. Lain halnya dengan aksi meraga sukma, sejauh manapun sukma berkelana ia tetap terhubung dengan raga melalui “teknologi” bluetooth bikinan tuhan bernama nyawa.
MERAGA SUKMA :SEBUAH PERJALANAN SPIRITUALDalam menjalankan Meraga Sukma “Dalam keadaan hening,tubuh terasa sangat ringan,indah dan sejuk dan hangat.mata saya tertutup namun saya mampu melihat seluruh keadaan di sekeliling ruangan…semua benda yang saya lihat mengeluarkan cahaya termasuk tubuh saya sendiri”
Ini pengalaman dalam mempraktekkan teknik Meraga Sukma.Diri manusia ini sebenarnya terhijab,terhijab dari segala sesuatu yang bersifat spiritual.hijab tersebut ada yang memang sudah menjadi ketentuan Allah seperti hijabnya dunia dengan akhirat,namun ada juga hijab yang manusia buat sendiri seperti hijabnya alam pikiran manusia.
dalamnya? Butuh waktu untuk mempelajari ini hingga saya menemukan jawaban logis, paling tidak nalar saya bisa menerimanya. Nyawa ibarat “lem perekat” yang menghubungkan antara sukma dengan raga manusia. Pada peristiwa kematian seseorang, nyawa sebagai lem perekat tidak lagi berfungsi alias lenyap. Jika lem perekatnya sudah tak berfungsi lagi maka lepaslah sukma dari jasad. Lain halnya dengan meraga sukma, lem perekat masih berfungsi dengan baik, sehingga kemanapun sukma berkelana, jasadnya yang ditinggalkan tidak akan mati. Hanya saja lem perekat bernama nyawa ini sistem bekerjanya berbeda dengan lem perekat pada umunya yang benar-benar menyambung merekatkan antara dua benda padat. Nyawa merekatkan antara jasad dan sukma secara fleksibel, bagaikan dua peralatan yang dihubungkan oleh teknologi nir kabel. Namun demikian nyawa tentu saja jauh lebih canggih ketimbang teknologi bluetooth yang bisa menghubungkan dua peralatan dalam jarak dekat maupun jauh. Dalam khasanah spiritual Jawa, para leluhur di zaman dulu menemukan adanya keterkaitan masing-masing unsur gaib dan wadag manusia. Raga supaya hidup harus dihidupkan oleh sukma, sukma diikat oleh rasa. Ikatan rasa akan pudar dan lama-kelamaan akan habis apabila rasa tidak kuat lagi menahan penderitaan dan trauma yang dialami oleh raga. Bila seseorang tak kuat lagi menahan rasa sakit, kesadaran jasadnya akan hilang atau mengalami pingsan, dan bahkan kesadaran jasadnya akan sirna samasekali alias mengalami kematian. Di sini peristiwa kematian adalah padamnya “alat nirkabel” atau semacam “bluetooth” bikinan tuhan sehingga terputuslah hubungan antara jasad dan sukma. Lain halnya dengan aksi meraga sukma, sejauh manapun sukma berkelana ia tetap terhubung dengan raga melalui “teknologi” bluetooth bikinan tuhan bernama nyawa.
MERAGA SUKMA :SEBUAH PERJALANAN SPIRITUALDalam menjalankan Meraga Sukma “Dalam keadaan hening,tubuh terasa sangat ringan,indah dan sejuk dan hangat.mata saya tertutup namun saya mampu melihat seluruh keadaan di sekeliling ruangan…semua benda yang saya lihat mengeluarkan cahaya termasuk tubuh saya sendiri”
Ini pengalaman dalam mempraktekkan teknik Meraga Sukma.Diri manusia ini sebenarnya terhijab,terhijab dari segala sesuatu yang bersifat spiritual.hijab tersebut ada yang memang sudah menjadi ketentuan Allah seperti hijabnya dunia dengan akhirat,namun ada juga hijab yang manusia buat sendiri seperti hijabnya alam pikiran manusia.
Komentar
Posting Komentar